Total Tayangan Halaman

Senin, 30 Desember 2013

Review Jurnal Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENENTUAN
KESESUAIAN KAWASAN KERAMBA JARING TANCAP DAN
RUMPUT LAUT DI PERAIRAN PULAU BUNGURAN
KABUPATEN NATUNA

Irwandy Syofyan1), Rommie Jhonerie1), Yusni Ikhwan Siregar1)
1)Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau
Diterima : 30 Juli 2010 Disetujui : 15 Agustus 2010

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai Desember 2008 di daerah perairan Pulau Bunguran Kabupaten Natuna. Tujuan dari penelitian untuk menentukan kesesuaian kawasan perairan untuk keramba jaring tancap dan rumput laut. Metoda yang digunakan adalah metode survei dengan cara mengukur faktor lingkungan perairan. Proses penentuan kesesuaian kawasan tersebut dilakukan aplikasi SIG dan menggunakan metode weighted overlay. Dari penelitian diketahui bahwa dominansi kesesuaian kawasan untuk kegiatan KJT dan rumput laut berada pada kelas sesuai yaitu sebesar 49,4%, kemudian kelas sangat sesuai sebesar 31,1% dan tidak sesuai sebesar 19,5% di perairan Pulau Bunguran.

PENDAHULUAN
Masyarakat yang berdomisili di wilayah ini menggantungkan hidupnya dengan melakukan aktifitas di bidang perikanan, baik itu penangkapan maupun budidaya, namun diketahui bahwa penempatan keramba tersebut masih belum tertata dengan baik, sehingga sering terjadi benturan kepentingan. Pembangunan wilayah pesisir sudah selayaknya berpegang kepada kondisi ekosistem tempatan dan sumberdaya yang mendukung. Oleh karenanya sangat perlu dilakukan pengidentifikasian lokasi-lokasi yang cocok dan layak secara parameter guna pengembangan usaha KJT dan budidaya rumput laut ini.

METODE PENELITIAN
Data yang dipaka berupa data sekunder terdiri dari kondisi umum wilayah dan kondisi aktifitas yang sedang berlangsung, serta data primer terdiri dari data spasial dan hasil pengukuran dilapangan (raster dan vector), selain itu digunakan Citra satelit Landsat 5 TM Path/Row 123/57 direkam pada tahun 2002 dan Peta digital kedalaman perairan Pulau Bunguran serta Peta Laut Natuna, Dishidros TNI AL.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dengan menggunakan operasi spasial dengan memanfaatkan aplikasi SIG. Operasi spasial tersebut merupakan operasi tumpang susun (overlay). Sedangkan metode yang digunakan adalah weighted overlay. Weighted overlay merupakan sebuah teknik untuk menerapkan sebuah skala penilaian untuk membedakan dan menidaksamakan input menjadi sebuah analisa yang terintegrasi.
Gambar 1. Diagram alir pengolahan data

HASIL
Penelitian dilakukan dari Juli sampai dengan Desember 2008. Adapun desa yang menjadi lokasi kegiatan tersebut adalah : Desa Pengadah, Desa Kelanga, Desa Tanjung, Desa Sepempang, Desa Cemaga, Desa Sabang Mawang, Desa Sededap, Desa Pulau Tiga dan Desa Kelarik.
Gambar 2. Lokasi penelitian

Gambar 3. Kelas kesesuaian kawasan KJA dan rumput laut

Dominansi kesesuaian kawasan berada pada kelas sesuai yaitu sebesar 49,4% (76.491,63 Ha), kemudian kelas sangat sesuai sebesar 31,1% (48.193,92 Ha) dan tidak sesuai sebesar 19,5% (30.174,3 Ha)

1.         Desa Pengadah, Kelanga, Tanjung dan Sepempang
Kawasan ini banyak mendapat gangguan atmosfir baik awan maupun kabut. Hasil analisa menunjukkan sebagian besar perairan di keempat desa tersebut layak dilakukan aktifitas KJT dan rumput laut. Sementara beberapa kawasan (sangat kecil sekali) berada pada kelas tidak sesuai seperti pada sekitar Pulau Sahi di Desa Tanjung dan di sekitar Pulau Senoa, Desa Sepempang.
Gambar 4.  Kesesuaian kawasan KJT dan rumput laut di perairan Desa Pengadah,
                              Kelanga, Tanjung dan Sepempang

2.         Desa Cemaga
Kelas Sesuai mendominasipada perairan ini, diikuti oleh kelas sangat sesuai dan tidak sesuai. Kelas tidak sesuai dapat ditemukan disepanjang garis pantai Tanjung Medang dan pada beberapa pulau kecil yang berada di kawasan Desa Cemaga.
Gambar 5. Kesesuaian kawasan KJT dan rumput laut di perairan Desa Cemaga

3.         Desa Pulau Tiga, Sabang Mawang dan Sededap
Kesesuaian kawasan terlihat sebagian besar kawasan pada perairan Pulau Tiga tidak sesuai khususnya pada bagian luar Pulau Tiga yang berada di bagian Barat Selatan dan Timur. Namun pada perairan antar pulau (selat-selat) merupakan kawasan yang sangat sesuai dan sesuai untuk aktifitas KJT dan rumput laut.
Gambar 6. Kesesuaian kawasan KJT dan rumput laut di perairan Pulau Tiga

4.         Desa Kelarik
Di perairan Desa Kelarik sebagian besar merupakan kawasan yang cocok untuk melakukan kegiatan KJT dan rumput laut. Dominasi kelas kesesuaian sesuai dan sangat sesuai tersebar merata diperairannya. Kelas tidak sesuai hanya berada pada sekitar pulaupulau kecil yang berada dalam naungan administrasi Desa Kelarik.
Gambar 7. Kesesuaian kawasan KJT dan rumput laut di perairan Desa Kelarik

KESIMPULAN
Analisa spasial kawasan P. Bunguran dengan menggunakan metode weighted overlay memberikan hasil bahwa dominansi kesesuaian kawasan untuk kegiatan KJT dan rumput laut berada pada kelas sesuai yaitu sebesar 49,4%, kemudian kelas sangat sesuai sebesar 31,1% dan tidak sesuai sebesar 19,5%.
Hasil analisa untuk Desa Pengadah, Kelanga, Tanjung dan Sepempang menunjukkan kelas kesesuaian berada pada kelas sangat sesuai dan sesuai. Di perairan Desa Cemaga kelas sesuai mendominasi pada perairan ini, diikuti oleh kelas sangat sesuai dan tidak sesuai. Perairan Pulau Tiga tidak sesuai khususnya pada bagian luar Pulau Tiga yang berada di bagian Barat Selatan dan Timur, namun pada perairan antar pulau (selat-selat) merupakan kawasan yang sangat sesuai dan sesuai. Di perairan Desa Kelarik sebagian besar di dominasi kelas kesesuaian sesuai dan sangat sesuai tersebar merata diperairannya

OPINI TERHADAP JURNAL
Metode weighted overlay dengan memanfaatkan aplikasi SIG sangat bermanfaat, karena dapat digunakan dalam menentukan kelas kesesuaian kawasan perairan untuk KJA dan rumput laut. Sehingga dengan menggunakan metode ini diharapkan tidak akan terjadi lagi penempatan keramba yang belum tertata dengan baik dan sering terjadi benturan kepentingan. Namun akan lebih baik apabila gambar yang diambil dengan menggunakan Citra satelit Landsat 5 TM Path/Row 123/57 direkam pada tahun yang sama pada saat penelitian sehingga hasil yang didapatkan akan jauh lebih akurat.


Selasa, 10 Desember 2013

Bioinformatika Pada Dunia Perikanan Budidaya

Bioinformatika merupakan gabungan dari 2 kata yaitu biologi dan informatika. Jadi bioinformatika adalah ilmu yang mempelajari penerapan teknik komputasi untuk mengelola dan menganalisis informasi biologis. Bidang ini mencakup penerapan metode-metode matematika, statistika dan informatika untuk memecahkan masalah-masalah biologis terutama dengan menggunakan sekues DNA dan asam amino serta informasi yang berkaitan dengannya. Untuk sekues DNA dan kaitannya dengan dunia budidaya perairan sudah banyak dilakukan berbagai macam penelitian untuk meningkatkan komuditas produksi budidaya perikanan tersebut. Pendekatan secara molekuler dengan memanipulasi mekanisme khususnya DNA yang melatarbelakangi fisiologi dan mengekspresikan sifat dari organisme budidaya tersebut. Dengan pemahaman fungsi genom, maka komposisi dan ekspresi gen dapat diatur melalui sejumlah pendekatan bio molekuler guna meningkatkan produksi dan kualitas budidaya.

Seiring perkembangan teknologi berbasis DNA, menyebabkan terjadinya ledakan informasi genetik yang dihasilkan oleh para peneliti. Jumlah informasi genetik yang banyak ini mutlak memerlukan ilmu komputer untuk pengelolananya, sehingga lahirlah bidang ilmu baru yang disebut bioinformatika. Software-software dan situs bioinformatika diharapkan mampu untuk membantu penelitian agar hasilnya lebih valid. Penggunaan software bioinformatika dalam suatu penelitian diharapkan mampu meningkatkan produktivitas budidaya perairan.

RESUME JURNAL

APPLICATION OF MOLECULAR MARKERS IN FISHERIES AND AQUACULTURE
                                                                    
Variasi genetik suatu spesies meningkatkan kemampuan organisme untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan diperlukan juga untuk kelangsungan hidup spesies tersebut. Variasi genetik muncul antara individu, populasi, spesies dan kelompok taksonomi yang lebih tinggi. Data keragaman genetik memiliki aplikasi yang bervariasi. Pengembangan penanda molekuler memiliki kemampuan untuk mendeteksi genetik individu, populasi atau spesies. Penanda molekuler diperlukan untuk mengeksplorasi keragaman genetik. Beberapa contoh penanda molekuler yang saat ini digunakan dalam bidang perikanan budidaya, yaitu protein, DNA, DNA mt, DNA nuklir (mikrosatelit), SNP atau RAPD. Penanda tersebut dalam pengamatan praktek budidaya diperlukan untuk :
·         Identifikasi spesies
·         Variasi genetik dan populasi
·         Perbandingan antara populasi liar dan hatchery

Penanda DNA merupakan penanda genetika populasi. Dengan penanda DNA, secara teori mungkin untuk mengamati dan memanfaatkan variasi genetik di seluruh genom. DNA genomik dan mitokondria digunakan untuk aplikasi yang bervariasi. Teknik ini sering digunakan dalam analisis allozyme, jenis polimorfisme panjang fragmen restriksi (RFLP), DNA polimorfik (RAPD), polimorfisme panjang fragmen (AFLP), mikrosatelit mengetik, polimorfisme nukleotida tunggal (SNP) , dan penanta beraturan (EST).  

Penanda molekuler dapat diklasifikasikan ke dalam tipe I dan tipe II. Tipe I adalah penanda yang berkaiant dengan gen dari fungsi yang diketahui, sedangkan tipe II penanda yang berkaitan dengan daerah genom anonim. Yang termasuk dalam tipe I adalah penanda allozyme, sedangkan yang termasuk dalam tipe II adalah penanda RAPD, penanda mikrosatelit, dan penanda AFLPs.

1.            Penanda Allozyme
Teknik ini cepat, relatif murah dan memberikan perkiraan independen tingkat variasi dalam populasi tanpa morfologi dan kuantitatif survei ekstensif. Kelemahan yang terkait dengan allozymes adalah kualitas dari sampel jaringan . Selain itu, beberapa perubahan dalam urutan DNA pada tingkat protein, mengurangi tingkat variasi yang terdeteksi. Dengan kekuatan sebagai penanda yang sering digunakan, kemudahan dalam penggunaannya, dan biaya yang rendah, penanda allozyme yang populer di struktur populasi dan studi filogenetik , meskipun memiliki peran terbatas dalam genetika akuakultur.

2.            Penanda DNA Mitokondria (mtDNA)
DNA Mitokondria (mtDNA) digunakan dalam populasi terakhir dan survei filogenetik organisme. Penanda mitokondria lebih cepat dibandingkan DNA inti. Ini telah dikaitkan dengan tingkat mutasi lebih cepat dalam mtDNA yang mungkin disebabkan kurangnya mekanisme perbaikan selama replikasi dan ukuran populasi efektif lebih kecil. Penanda mtDNA telah terbukti berguna dalam menjelaskan hubungan antara spesies yang berkaitan erat. Bagian-bagian dari genom mitokondria diketahui berkembang pada tingkat yang berbeda. Gen 16S rRNA dalam genom mitokondria adalah salah satu yang paling lambat gen berkembang, sedangkan daerah yang berkembang pesat adalah kontrol daerah. Penanda mtDNA telah digunakan untuk menyelidiki struktur dari berbagai vertebrata termasuk ikan, burung, mamalia dan reptil.

3.            Penanda DNA Polimorfik (RAPD)
Penanda RAPD adalah produk yang diperkuat pada bagian fungsional dari genom yang tidak kuat menanggapi seleksi pada tingkat fenotipik. RAPD dapat mendeteksi tingkat polimorfisme DNA. Keuntungan dari RAPD adalah kemudahan lokus dan individu dapat diputar secara bersamaan. Sedangkan kekurangannya adalah kesulitan menunjukkan pewarisan Mendel lokus dan ketidakmampuan untuk membedakan antara homozigot dan heterozigot.

4.            Penanda Polimorfisme Nukleotida Tunggal (SNP)
SNP menjelaskan polimorfisme yang disebabkan oleh mutasi. SNP yang menjadi titik fokus dalam pengembangan penanda molekuler karena mereka mewakili polimorfisme paling melimpah dalam genom setiap organisme. Secara teoritis, sebuah SNP dalam lokus dapat menghasilkan sebanyak dua alel, masing-masing berisi satu dari dua pasangan basa pada situs SNP. Oleh karena itu, SNP telah dianggap sebagai bi-alel. SNP digunakan dalam analisis SSCP, analisis heteroduplex, dan sekuensing DNA langsung.

5.            Penanda Mikrosatelit
Mikrosatelit cenderung merata dalam genom pada semua kromosom dan seluruh wilayah kromosom. Kebanyakan lokus mikrosatelit relatif kecil. Mikrosatelit telah diwariskan secara Mendel sebagai penanda kodominan. Mikrosatelit yang ditemukan informatif dalam beberapa spesies, yang menunjukkan hampir tidak ada variasi pada penanda lain. Namun, penggunaan penanda mikrosatelit melibatkan sejumlah besar muka investasi dan usaha. Mikrosatelit baru-baru ini menjadi jenis penanda sangat populer di berbagai investigasi genetik.

6.            Penanda EST
Penanda EST ini digunakan untuk mengidentifikasi gen dan menganalisis melalui ekspresi profiling. Ini membantu untuk analisis gen dengan cepat dalam jenis jaringan tertentu, dalam kondisi fisiologis tertentu, atau selama tahap-tahap perkembangan tertentu. Sel-sel yang dipancarkan tidak dapat bertahan hidup sendiri. Namun, sel-sel terpancar dapat menyatu dengan sel penerima untuk membentuk sel-sel hibrida mempertahankan segmen pendek kromosom radiasi. Penanda EST berguna untuk pemetaan pada spesies akuakultur hanya jika EST polimorfik diidentifikasi. Nilai EST sumber daya dan aplikasi bioinformatika dalam genetika budidaya tidak bisa dihindari, dan diharapkan bahwa berbagai database EST akan berfungsi sebagai sumber yang kaya informasi genom tidak hanya untuk ahli genetika budidaya, tetapi juga untuk fisiologi akuakultur, immunologists dan bioteknologi.

7.            Barcode DNA
Barcode adalah penggunaan universal polymerase chain reaction (PCR) primer untuk memperkuat dan urutan fragmen sekitar 600 basepair gen COI. Bagian dari urutan ini kemudian dibandingkan dengan menggunakan algoritma berbasis jarak dengan database yang sudah ada sebelumnya dan diidentifikasi.